BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Filariasis atau yang dikenal dengan penyakit kaki gajah mulai ramai
diberitakan sejak akhir tahun 2009, akibat terjadinya kematian pada beberapa
orang. Sebenarnya penyakit ini sudah mulai dikenal sejak 1500 tahun oleh
masyarakat, dan mulai diselidik lebih mendalam ditahun 1800 untuk mengetahui
penyebaran, gejala serta upaya mengatasinya. Baru ditahun 1970, obat yang lebih
tepat untuk mengobati filarial ditemukan. Rubrik ini berusaha menjelaskan
mengapa hal tersebut dapat terjadi dan mengapa penanggulangan Penyakit Kaki
Gajah harus segera dilaksanakan. Penyakit filaria yang disebabkan oleh cacing
khusus cukup banyak ditemui di negeri ini dan cacing yang paling ganas ialah
Wuchereria bancrofti, Brugia, malayi, Brugia timori, Penelitian di Indonesia
menemukan bahwa cacing jenis Brugia dan Wuchereria merupakan jenis terbanyak
yang ditemukan di Indonesia, sementara cacing jenis Brugia timori hanya
didapatkan di Nusa Tenggara Timur, khususnya di pulau Timor. Di dunia, penyakit
ini diperkirakan mengenai sekitar 115 juta manusia, terutama di Asia Pasifik,
Afrika, Amerika Selatan dan kepulauan Karibia. Penularan cacing Filaria terjadi
melalui nyamuk dengan periodisitas subperiodik (kapan saja terdapat di darah
tepi) ditemukan di Indonesia sebagian besar lainnya memiliki periodisitas
nokturnal dengan nyamuk Culex, nyamuk Aedes dan pada jenis nyamuk Anopheles.
Nyamuk Culex juga biasanya ditemukan di daerah-daerah urban, sedangkan Nyamuk
Aedes dan Anopheles dapat ditemukan di daerah-daerah rural.
(riyanto,harun.2010)
Filariasis merupakan penyakit menular (penyakit kaki gajah) yang disebabkan
oleh cacing filaria yang ditularkan oleh berbagai jenis nyamuk.penyakit ini
bersifat menahun, Dan bila tidak dapat pengobatan daapt menimbulakan cacat
menetap berupa pembesaran kaki, lengan, dan alat kelamin, baik perempuan maupun
laki-laki. Akibatnya penderita tidak dapat bekerja secara optimal bahkan
hidupnya tergantung kepada orang lain sehinggamenjadi beban keluarga.
Berdasarkan laporan dari hasil survey pada tahun 2000 yang lalu tercatat
sebanyak 1553 desa di 647 puskesmas tersebar di 231 kabupaten sebagai lokasi
endemis, dengan jumlah kasus kronis 6233 orang. Hasil survay laboratorium,
melalui pemeriksaan darah jari, rata-rata mikrofilaria rate (Mf Rate)
3,1%berarti sekitar 6 juta orang sudah terinfeksi cacing filaria dan sekitar
100 juta orang memepunyai resiko tinggi untuk ketularan karena nyamuk
penularannya tersebar luas.
B.
Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas dapat ditarik
sebuah rumusan masalah antara lain sebagai berikut :
1.
Apa yang dimaksud dengan Filariasis ?
2.
Bagaimana epidemiologi dari penyakit
filariasis ?
3.
Jelaskan etiologi terjadinya penyakit
filariasis ?
4.
Jelaskan klasifikasi prnyakit filariasis ?
5.
Bagaimana patofisiologi penyakit filariasis ?
6.
Jelaskan Manifestasi klinis dari penyakit
filariasis ?
7.
Jelaskan pemeriksaan diagnostik penyakit
filariasis
8.
Jelaskan pentalkasanaan dari penyakit
filariasis
C. Tujuan
Adapun tujuan penyusunan makalah ini
adalah mengacu pada rumusan masalah di atas, yaitu sebagai berikut :
1.
Unutk mengetahu yang dimaksud dengan
Filariasis ?
2.
Untuk mengetahui epidemiologi dari
penyakit filariasis ?
3.
Untuk mengetahui etiologi terjadinya
penyakit filariasis ?
4.
Untuk mengetahui klasifikasi prnyakit
filariasis ?
5.
Untuk mengetahui patofisiologi penyakit
filariasis ?
6.
Untuk mengetahui manifestasi klinis dari
penyakit filariasis ?
7.
Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostik
penyakit filariasis
8.
Untuk mengetahui pentalkasanaan dari
penyakit filariasis
D. Manfaat
Manfaat penyusunan makalah ini adalah agar
masyrakat dapat mengetahui segala sesuatu tentang filariasis, bagaimana
mekanisme terjadinya filariasis, dan, pengobatan, serta pengendalian vektor
filariasis. Dengan demikian, diharapkan masyarakat ikut memberantas penyakit
ini secara aktif sehingga tidak menjadi endemi di masyarakat.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengeertian
Filariasis adalah suatu penyakit
yang sering pada daerah subtropik dan tropik, disebabkan oleh parasit nematoda
pada pembuluh limfe. (Witagama,dedi.2009) Filariasis (penyakit kaki gajah)
adalah penyakit menular kronik yang disebabkan sumbatan cacing filaria di
kelenjar / saluran getah bening, menimbulkan gejala klinis akut berupa demam
berulang, radang kelenjar / saluran getah bening, edema dan gejala kronik
berupa elefantiasis. Filariasis ialah penyakit menular menahun yang disebabkan
oleh infeksi cacing filaria yang ditularkan oleh berbagai jenis nyamuk pada
kelenjar getah bening, Penyakit ini bersifat menahun (kronis) dan bila tidak
mendapatkan pengobatan dapat menimbulkan cacat menetap berupa pembesaran kaki,
lengan dan alat kelamin baik perempuan maupun laki-laki. (Witagama,dedi.2009)
B. Epidemiologi
Penyakit Filariasisi terutama
ditemukan didaerah Khatulistiwa dan merupakan masalah didaerah dataran rendah
kadang-kadang dapat juga ditemukan daerah bukit yang terlalu tinggi. Di
Indonesia penyakit ini lebih banyak ditemukan didaerah pedesaan. Didaerah kota
hanya w.bancrofti yang telah
ditemukan seperti di kota Jakarta, Tanggerang, Pekalongan dan Seamarang dan
mungkin dikota-kota lainnya.
Di Indonesia Filariasis tersebar
luas daerah endemi terdapat dibnayak pulau diseluruh Nusantara seperti di
Sumatera, Jawa, Klaimantan Sulawesi, NTT, Irian Jaya dan Maluku.Pemberantasan
Filariasis sudah dilakukan oleh Departe men
Kesehatan sejak tahun 1970 dengan pemberiian DEC dosis rendah jangka panjang
(100 mg/minggu selama 40 minggu). Survei prevalensi filiriasis yanng dilakukan
oleh Departemen kesehatan menunjukkan bahwa prevalensi infeksi cukup tinggi
bervariasi dari 0,5%-19,46% (P2M & PLP , 1999)9. Prevalensi infeksi dapat
berubah-ubah dari masa ke masa dan pada umumnya ada tendensi menurun dengan
adanya kemajuan dalam pembangunan yang menyebabka perubahan lingkunagan Untuk
dapat memahami epidemiologi filariasis perl diperhatikan faktor-faktor seperti
hospes , hospes reservoar, vektor dan keadaan lingkungan yang sesuai untuk
menunjang kelangsungan hidup masing-masing.
C.
Klasifikasi
Limfedema pada filariasis bancrofti biasanya mengenai seluruh tungkai.
Limfedema tungkai ini dapat dibagi menjadi 4 tingkat, yaitu:
1.
Tingkat 1. Edema pitting pada tungkai yang dapat
kembali normal (reversibel) bila tungkai diangkat.
2.
Tingkat 2. Pitting/ non pitting edema yang tidak dapat
kembali normal (irreversibel) bila tungkai diangkat.
3.
Tingkat 3. Edema non pitting, tidak dapat kembali
normal (irreversibel) bila tungkai diangkat, kulit menjadi tebal.
4.
Tingkat 4. Edema non pitting dengan jaringan fibrosis
dan verukosa pada kulit (elephantiasis). (T.Pohan,Herdiman,2009)
D.
Etiologi
1.
Hsopes
Manusia yang mengandung parasit selalu dapat menjadi
sumver infeksi bagi orang lain yang rentan. Biasanya pendatang baru ke daerah
endemi (transmigran) lebih rentan terhadap infeksi filariasis dan lebih
menderita dari penduduk asli. Pada umumnya laki-laki lebih banyak yang terkena
infeksi, karena lebih banyak mendapatkan
kesempatan untuk mendapat infeksi. Juga gejala penyakit lebih nyata pada
laki-laki, karena pekerjaan fisisk lenih berat.
2.
Hospes Reservoar
Tipe B. Malayi yang dapat hidup pada hewan merupakan sumber
infeksi untuk manusia. Hewan yang sering ditemukan mengandung infeksi adalah
kucing dan kera terutama jenis Presbytis,
meskipun hewan lain mungkin juga terkena infeksi.
3.
Vektor
Bnyak spesies nyamuk ditemukan sebagai vektor
filariasis, tergantung pada cacing filarianya. W. Bancrofti yang terdapat
didaerah perkotaan ditularkan oleh Cx.
Quinquefasciatus yang tempat perindukannya air kotor dan tercemar.
a.
W. Bancrofti didaerah
pedesaan dapat ditularkan oleh bermacam spesies nyamuk. Di Irian Jaya W.Bancrofti ditularka terutama oleh An. Farauti yang dapat menggunakan bekas
jejak kaki binatang (footprint) untuk tempat perindukannya. Selain itu
ditemukan juga sebagai vektor. An.Koliensis,
An. Punctulatus, Cx. Annulirostris dan Ae.Konchi
W.Bancrofti didaerah lain dapat ditularkan spesis lain seperti An.Subpictus didaerah pantai di NTT. Selain nyamuk Culex ,
Aedes pernah juga ditemukan sebagai
vektor.
b.
B. Malayi yang hidup pada manusia dan hewan biasanya
ditularkan oleh berbagai spesies Mansonia
seperti Ma.Uniformis, Ma.Bonneae, Ma. Dives dan lain-lain, yang berkembang
biak di daerah rawa di Sumatera, Kalimantan, Maluku dan lain-lain. B. Malayi yang periodik di tularkan oleh
An. Barbirostris yang memaki sawah
sebagai tempat perindukannya, seperti didaerah Sulawesi.
c.
B.Timori, spesies yang ditemukan di Indonesia sejak 1965
hingga sekarang hanya ditemukan didaerah NTT dan Timor Timur, di tularkan oleh An.Barbirostris yang berkembangbiak
didaerah sawah, baik dekat pantai maupun daerah pedalaman.
4.
Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan yang dapat menunjang kelangsungan
hidup hospes, hospes reservoar dan vektor, merupakan hal yang sangat penting
untuk epidemiologi filariasis.Jenis filariasis yang ada di suatu daerah endemi
dapat diperkiran dengan melihat keadaan lingkungannya. Pencegahan filariasis,
hanya dilakukan dengan menghindari gigitan nyamuk. Untuk mendapatkan infeksi
diperlukan gigitan nyamuk ynag banyak sekali. Pengobatan masal dengan DEC dapat
menurunkan angka filariasis dengan jelas. Pencegahan dengan obat masih dalam
taraf penelitian.
E. Patofisiologi
Parasit memasuki sirkulasi saat
nyamuk menghisap darah lalu parasit akan menuju pembuluh limfa dan nodus limfa.
Di pembuluh limfa terjadi perubahan dari larva stadium 3 menjadi parasit
dewasa. Cacing dewasa akan menghasilkan produk – produk yang akan menyebabkan
dilaasi dari pembuluh limfa sehingga terjadi disfungsi katup yang berakibat
aliran limfa retrograde. Akibat dari aliran retrograde tersebut maka akan
terbentuk limfedema. (Witagama,dedi.2009)
Perubahan larva stadium 3 menjadi
parasit dewasa menyebabkan antigen parasit mengaktifkan sel T terutama sel Th2
sehingga melepaskan sitokin seperti IL 1, IL 6, TNF α. Sitokin - sitokin ini
akan menstimulasi sum- sum tulang sehingga terjadi eosinofilia yang berakibat
meningkatnya mediator proinflamatori dan sitokin juga akan merangsang ekspansi
sel B klonal dan meningkatkan produksi IgE. IgE yang terbentuk akan berikatan
dengan parasit sehingga melepaskan mediator inflamasi sehingga timbul demam.
Adanya eosinofilia dan meningkatnya mediator inflamasi maka akan menyebabkan
reaksi granulomatosa untuk membunuh parasit dan terjadi kematian parasit.
Parasit yang mati akan mengaktifkan reaksi inflam dan granulomatosa. Proses
penyembuhan akan meninggalkan pembuluh limfe yang dilatasi, menebalnya dinding
pembuluh limfe, fibrosis, dan kerusakan struktur. Hal ini menyebabkan terjadi
ekstravasasi cairan limfa ke interstisial yang akan menyebabkan perjalanan yang
kronis. (harun,riyanto.2010)
F.
Manifestasi
Klinis
Manifestasi gejala klinis filariasis disebabkan oleh
cacing dewasa pada sistem limfatik dengan konsekuensi limfangitis dan
limfadenitis. Selain itu, juga oleh reaksi hipersensitivitas dengan gejala
klinis yang disebut occult filariasis. Dalam proses perjalanan penyakit,
filariasis bermula dengan limfangitis dan limfadenitis akut berulang dan
berakhir dengan terjadinya obstruksi menahun dari sistem limfatik. Perjalanan
penyakit berbatas kurang jelas dari satu stadium ke stadium berikutnya, tetapi
bila diurutkan dari masa inkubasi dapat dibagi menjadi:
1.
Masa prepaten
Merupakan masa antara masuknya larva infektif sampai
terjadinya mikrofilaremia yang memerlukan waktu kira-kira 3¬7 bulan. Hanya
sebagian tdari penduduk di daerah endemik yang menjadi mikrofilaremik, dan dari
kelompok mikrofilaremik inipun tidak semua kemudian menunjukkan gejala klinis.
Terlihat bahwa kelompok ini termasuk kelompok yang asimtomatik baik
mikrofilaremik ataupun amikrofilaremik.
2.
Masa inkubasi
Merupakan masa antara masuknya larva infektif hingga munculnya gejala
klinis yang biasanya berkisar antara 8-16 bulan.
3.
Gejala klinik akut
Gejala klinik akut menunjukkan limfadenitis dan
limfangitis yang disertai panas dan malaise. Kelenjar yang terkena biasanya
unilateral. Penderita dengan gejala klinis akut dapat mikrofilaremik ataupun
amikrofilaremik.
4.
Gejala menahun
Gejala menahun terjadi 10-15 tahun
setelah serangan akut pertama. Mikrofilaria jarang ditemukan pada stadium ini,
sedangkan limfadenitis masih dapat terjadi. Gejala kronis ini menyebabkan
terjadinya cacat yang mengganggu aktivitas penderita serta membebani
keluarganya. (Witagama,dedi.2009) Filariasis bancrofti Pada filariasis yang
disebabkan Wuchereria bancrofti pembuluh limfe alat kelamin laki-laki sering
terkena disusul funikulitis, epididimitis dan orchitis. Limfadenitis inguinal
atau aksila, sering bersama dengan limfangitis retrograd yang umumnya sembuh
sendiri dalam 3-15 hari. Serangan biasanya terjadi beberapa kali dalam setahun.
G.
Pemeriksaan
Diagnostik
1.
Diagnosis Klinik
Diagnosis klinik ditegakkan melalui anamnesis dan
pemeriksaan klinik. Diagnosis klinik penting dalam menentukan angka kesakitan
akut dan menahun (Acute and Chronic Disease Rate).
2.
Diagnosis Parasitologik
Diagnosis parasitologik ditegakkan dengan ditemukannya
mikrofilaria pada pemeriksaan darah kapiler jari pada malam hari. Pemeriksaan
dapat dilakukan siang hari, 30 menit setelah diberi DEC 100 mg. Dari
mikrofilaria secara morfologis dapat ditentukan species cacing filaria.
3.
Radiodiagnosis
Pemeriksaan dengan ultrasonografi (USG) pada skrotum
dan kelenjar limfe inguinal penderita akan memberikan gambaran cacing yangbergerak-gerak.
Pemeriksaan limfosintigrafi dengan menggunakan dekstran atau albumin yang
dilabel dengan radioaktif akan menunjukkan adanya abnormalitas sistem limfatik,
sekalipun pada penderita yang mikrofilaremia asimtomatik.
4.
Diagnosis Immunologi
Pada keadaan amikrofilaremia seperti
pada keadaan prepaten, inkubasi, amikrofilaremia dengan gejala menahun, occult
filariasis, maka deteksi antibodi dan/atau antigen dengan cara immunodiagnosis
diharapkan dapat menunjang diagnosis.
H. Penatalaksanaan
1.
Upaya Pencegahan
Filariasis
Pencegahan filariasis dapat dilakukan dengan menghindari gigitan nyamuk
(mengurangi kontak dengan vektor) misalnya menggunakan kelambu sewaktu tidur,
menutup ventilasi dengan kasa nyamuk, menggunakan obat nyamuk, mengoleskan
kulit dengan obat anti nyamuk, menggunakan pakaian panjang yang menutupi kulit,
tidak memakai pakaian berwarna gelap karena dapat menarik nyamuk, dan
memberikan obat anti-filariasis (DEC dan Albendazol) secara berkala pada
kelompok beresiko tinggi terutama di daerah endemis. Dari semua cara diatas,
pencegahan yang paling efektif tentu saja dengan memberantas nyamuk itu sendiri
dengan cara 3M.
2.
Upaya Pengobatan
Filariasis
Pengobatan filariasis harus dilakukan
secara masal dan pada daerah endemis dengan menggunakan obat Diethyl
Carbamazine Citrate (DEC). DEC
dapat membunuh mikrofilaria dan cacing dewasa pada pengobatan jangka panjang. Hingga saat ini, DEC adalah satu-satunya obat yang efektif, aman, dan
relatif murah. Untuk filariasis akibat Wuchereria bankrofti, dosis yang
dianjurkan 6 mg/kg berat badan/hari selama 12 hari. Sedangkan untuk filariasis
akibat Brugia malayi dan Brugia timori, dosis yang dianjurkan 5
mg/kg berat badan/hari selama 10 hari. Efek samping dari DEC ini adalah demam,
menggigil, sakit kepala, mual hingga muntah. Pada pengobatan filariasis yang
disebabkan oleh Brugia malayi dan Brugia timori, efek
samping yang ditimbulkan lebih berat. Sehingga, untuk pengobatannya dianjurkan
dalam dosis rendah, tetapi pengobatan dilakukan dalam waktu yang lebih lama.
Pengobatan kombinasi dapat juga dilakukan dengan dosis tunggal DEC dan
Albendazol 400mg, diberikan setiap tahun selama 5 tahun. Pengobatan kombinasi
meningkatkan efek filarisida DEC. Obat lain yang juga dipakai adalah
ivermektin. Ivermektin adalah antibiotik semisintetik dari golongan makrolid
yang mempunyai aktivitas luas terhadap nematoda dan ektoparasit. Obat ini hanya
membunuh mikrofilaria. Efek samping yang ditimbulkan lebih ringan dibanding
DEC. Terapi suportif berupa pemijatan juga dapat dilakukan di samping pemberian
DEC dan antibiotika, khususnya pada kasus yang kronis. Pada kasus-kasus
tertentu dapat juga dilakukan pembedahan.
3.
Upaya
Rehabilitasi Filariasis
Penderita filariasis yang telah menjalani
pengobatan dapat sembuh total. Namun, kondisi mereka tidak bisa pulih seperti
sebelumnya. Artinya, beberapa bagian tubuh yang membesar tidak bisa kembali
normal seperti sedia kala. Rehabilitasi tubuh yang membesar tersebut dapat
dilakukan dengan jalan operasi.
BAB III
ASUHAN
KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN FILIARIS
A. PENGKAJIAN
FORMAT
PENGKAJIAN KOMUNITAS
DATA DEMOGRAFI
Struktur keluarga
Nama KK :
Umur :
Agama :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Suku/bangsa :
Daftar anggota keluarga
No
|
Nama
|
Umur
|
Hub Keluarga
|
Agama
|
Pendidikan
|
Pekerjaan
|
Kead fisik
|
Ket.
|
||
L
|
P
|
Sehat
|
Sakit
|
|||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
DATA
SOSEK
1.
Penghasilan rata-rata perbulan:
( ) kurang dari
Rp. 500.000
( ) Rp 500.000 – 1.000.000
( ) Rp. 1.000.000 – 2.000.000
( ) Lebih dari Rp. 2.000.000
2. Apakah keluarga menabung :
( ) Ya, (
) Tidak
DATA LINGKUNGAN FISIK
- Perumahan
- Kepemilikan: ( ) sewa , ( ) numpang, ( ) milik sendiri
- Jenis : ( ) Permanen, ( ) semi permanen, ( ) tidak permanen
- Lantai : ( ) tanah, ( ) papan ( ) tegel/semen
- Ventilasi : ( ) baik, ( ) kurang.
- Penerangan ( ) baik, ( )Cukup, ( ) kurang
- Luas kamar tidur ( ) memenuhi syarat, ( ) tidak memenuhi sarat.
- Vektor yang banyak disekitar rumah dan membahayakan : ( ) lalat, ( ) nyamuk,
( ) kecoa, ( ) anjing, (
) burung, ( ) lain-lain
- Halaman Rumah
- Halaman di sekitar rumah ( ) ada, ( ) tidak
- Jenis pemenfaatan pekarangan rumah
( ) Kebun, ( ) Kolam, (
) Kandang ternak, ( ) Tidak
dimanfaatkan, ( ) lain-lain, ..
- Pembuangan Kotoran
- Dimana keluarga buang air besar: ( ) sungai, ( ) selokan, ( ) sembarang tempat,
( )WC, (
)lain-lain sebutkan.
- Kepemilikan jamban : ( ) ada, ( ) tidak
- Bila ya Jenis jamban ( )septik tank, ( ) lainnya
- Jarak jamban dengan sumber air ( ) kurang dari 10 m, ( ) lebih dar 10 m
- Kondisi jamban ( ) terawat, ( ) tidak terawat
- Sumber air
- Sumber air bersih untuk minum dan memasak( ) PDAM, ( ) sumur pompa,
( ) sumur gali, ( ) mata air, (
) sungai, ( ) air mineral
- Sumber air untuk mandi dan mencuci : ( ) PDAM, ( ) sumur pompa,
( ) sumur gali, ( ) mata air, (
) sungai
- Pengolahan air minum ( ) dimasak, ( ) tidak dimasak
- Tempat penampungan air
- Jenis tempat penampungan air ( ) bak, ( ) gentong, ( ) ember,
(
) lain-lain sebutkan__________.
- Kondisi : ( ) tertutup, ( ) terbuka.
- Pengurasan : ( ) ya, ( ) tidak.
- Bila ya, berapa kali dalam seminggu ( ) 1 kali, ( ) 2 kali, ( ) 3 kali, ( ) lebih 3 kali.
- Gentong/bak mandi : ( ) berlumut, ( ) tidak berlumut, ( ) ada jentik nyamuk,
( ) tidak ada
jentik nyamuk.
- Kondisi airnya : ( ) berbau, ( ) berwarna, ( ) berasa, ( ) tidak berbau, tidak berasa dan tidak berwarna.
- Pembuangan sampah dan limbah
- Cara pembuangan sampah : ( ) ditimbun, ( ) dibakar, ( ) tempat sampah umum,
( ) sungai, ( ) sembarang tempat.
- Tempat pembuangan sampah sementara ( ) ada, ( ) tidak./sembarangan
- Bila ada, ( ) tertutup, ( ) terbuka.
- Jarak tempat penampungan sampah dengan rumah ( ) kurang dari 5 meter ,( ) lebih dari 5 meter
- Pembuangan air limbah : ( ) got, ( ) sungai, ( ) sembarang tempat,
( ) penampungan/resapan
- Kondisi saluran limbah ( ) lancar, ( ) tergenang.
- Hewan ternak
- kepemilikan hewan ternak : ( ) ada, ( ) tidak
- bila ya letak kandang ternak ( ) dalam rumah, ( )diluar rumah
- Kondisi ( ) terawat, ( ) tidak terawat.
DATA STATUS KESEHATAN
1. Sarana
kesehatan
a.
Tempat
berobat keluarga ( ) Rumah sakit, ( ) puskesmas, ( ) balai pengobatan,
( ) posyandu,
( ) dokter praktek, ( ) perawat, (
) bidan
b.
Sarana
kesehatan terdekat menurut keluarga ( )
RS, ( ) Puskesmas,
( ) praktek
swasta, ( ) lain-lain, sebutkan
.........................
c.
Kebiasaan
sebelum berobat ( )beli obat bebas,
( )Minum jamu, ( ) tidak ada
d.
Sumber
pendanaan kesehatan keluarga ( )
Askes/Jamsostek ( ) Dana sehat
( )
umum/sendiri, ( ) gratis/JPS
e.
Apakah
keluarga merasakan perlu mendapatkan pengarahan penyuluhan informasi kesehatan
: ( ) tidak, ( ) ya, secara individu, ( ) ya, secara berkelompok
f.
Apakah
keluarga pernah dikunjungi petugas kesehatan : ( ) ya, (
) tidak
g.
Kapan
waktu yang baik menurut bapak/ibu untuk memberikan penyuluhan tersebut : ( ) pagi, (
) siang, ( ) sore, ( ) malam
h.
Dimana
tempat yang baik menurut bapak/ibu untuk mendapatkan penyuluhan/informasi
kesehatan : ( ) dirumah, ( ) dipengajian, ( ) diarahkan,
( ) diarisan,
( ) lain-lain..................
2. Masalah
kesakitan
a.
apakah
ada anggota keluarga yang menderita penyakit (6 bulan terakhir).
( ) ya, (
) tidak, bila ya berapa orang...............
b. Bila
ya sebutkan:
( ) diare, (
) ISPA, ( ) Demam berdarah,
( ) Asma, ( ) Typhoid, (
) TBC
( ) Cacar air, ( ) campak, (
) Hypertensi, ( ) Asam urat,
( ) Kencing manis
( ) Lain-lain sebutkan___________________
3. Kematian
a.
Apakah
ada anggota keluarga yang meninggal dalam 6 bulan terakhir
( ) ya, (
) tidak
b.
Bila
ya, disebabkan oleh ( ) sakit, ( ) kecelakaan, ( ) lain-lain, _______
4. KIA
/ KB
a. PUS
1.
apakah
ada PUS ( ) ya, ( ) tidak
2.
Bila
ya, apakah menjadi akseptor KB : ( ) ya,
( ) tidak.
3.
bila
ya jenis kontrasepsi yang dipakai: ( )
IUD, ( ) suntik, ( ) pil ,
( ) susuk, ( ) kondom, (
) tubectomy, ( ) vasektomy.
4.
Bila
tidak alasannya, ( ) dilarang suami,
( ) agama, ( ) tidak tahu ,
( ) lain-lain sebutkan _______________.
5.
Apakah
ada PUS yang DO KB : ( ) ya, ( ) tidak
6.
Bila
ya alasanya : ( ) dilarang suami, ( ) agama, (
) tidak tahu ,
( ) penyakit, (
) ingin punya anak, ( ) lain-lain sebutkan ____________
b. Bumil
1.
Apakah
ada Bumil : ( ) ya, ( ) tidak
2.
Bila
ya, umur kehamilan trimester : ( ) I,
( ) II, ( ) III
3.
Bila
ya kehamilan yang ke : ( ) 1, ( ) 2, (
) 3, ( ) lebih dari 3
4. Berapa
usia bumil ( ) kurang 20 th, ( ) 20 - 35th, ( ) lebih 35 th.
5.
Apakah
mendapatkan TT ( ) ya, ( ) tidak
6.
Bila
ya ( ) lengkap, ( ) belum lengkap
7.
Apakah
ibu memeriksakan kehamilannya ( ) ya,
( ) tidak.
8.
Bila
ya, Trimester I .......kali,
Trimester II .....kali
Trimester III .....kali
9.
Bila
ya : dimana : ( ) ke Rumah sakit, ( ) ke puskesmas, ( ) ke dokter praktek
( )
keperawat/bidan praktek, ( ) kedukun,
( ) lain-lain, sebutkan.____________
10.
Bila
tidak alasannya: ( ) dilarang suami,
( ) agama, ( ) tidak tahu , (
) biaya, ( ) lain-lain sebutkan.
_______________-
11.
Adakah
penyakit / keluhan yang dirasakan bumil : (
) kaki bengkak, ( ) mual dan muntah lebih 3 bulan, ( ) kurang darah, ( ) tekanan darah tinggi, ( )
tekanan darah rendah, ( ) tidak ada
keluhan ( ) lain-lain sebutkan
_____________
c. Persalinan
1.
Adakah
ibu melahirkan dalam 6 bulan terakhir (
) ada ( ) tidak
2.
pertolongan
persalinan oleh : ( ) nakes, ( ) dukun terlatih, ( ) dukun tidak terlatih
3.
Bila
kedukun alasanya : ( )tidak tahu, ( ) biaya, (
) budaya, ( )lain-lain sebutkan
_______________
4.
Tempat
pertolongan persalinan ( ) Rumah sakit,
( ) puskesmas,
( ) polindes,
( ) dirumah, ( ) bidan/dokter praktek
5. Kondisi
bayi : ( ) lahir hidup, ( ) lahir mati, ( ) lahir cacat
6.
Adakah neonatus yang meninggal dalam 6 bulan
terakhir:
( ) ya, (
)tidak.
7.
bila
ya apa penyebabnya : ( ) tetanus, ( ) diare, (
) ISPA. ( ) lain-lain, sebutkan
___________________
d. Buteki
1.
Apakah
ada buteki ( ) ya, ( ) tidak
2.
bila
ya apakah ibu meneteki anaknya ( ) ya,
( ) tidak
3.
bila
ya , lama menyusui :( ) kurang dari 1 bulan , ( ) l -6 bulan,
( ) 6 – 12 bulan, ( ) lebih 12 bulan.
4.
bila
tidak alasanya : ( ) dilarang suami, , ( ) tidak tahu , ( )
penyakit,
( ) kecantikan, (
) pekerjaan, ( ) lain-lain sebutkan
_____
e. Balita
1.
Apakah
ada anak usia 0 – 1 tahun ( ) ya, ( )
tidak
2.
Imunisasi
yang diberikan : ( ) lengkap, ( ) belum lengkap , ( ) tidak lengkap
3.
Apakah
ada anak usia 1 – 5 tahun : ( ) ya,
( ) tidak
4.
Bila
ya Imunisasi yang diberikan : ( )
lengkap, ( ) belum lengkap
( ) tidak lengkap
5.
Bila
tidak di imunisasi, alasannya : ( )
tidak tahu, ( ) tidak ada manfaatnya,
( ) lain-lain
sebutkan __________
6.
Apakah
anak memiliki KMS : ( ) ya, ( ) tidak
7. Apakah
dapat membaca hasil KMS, ( ) ya, ( ) tidak
8.
Apakah
setiap bulan anak mengunjungi Posyandu (
) ya, ( ) tidak
9.
Bila
ya, apakah BB anak : ( ) naik, ( ) tetap, (
) turun.
10.
Bila
tidak alasanya : ( ) jauh dari posyandu,
( ) tidak punya waktu,
( ) merasa tidak ada manfaatnya, ( ) lain-lain sebutkan_____________
11.
Status
gizi balita : ( ) berada digaris hijau,
( ) diatas hijau kuning,
( ) dibawah titik-titik, ( ) dibawah garis merah
12.
Apakah
anak mendapat makanan tambahan ( ) ya,
( ) tidak
13.
Apakah
anak mendapatkan vit A ( ) ya, ( ) tidak
f.
Remaja
1.
apakah
ada anak usia remaja ( ) ya, ( ) tidak
2.
Bila
ya apakah Kegiatan yang dilakukan diluar sekolah : ( ) keagamaan,
( ) karang taruna,
( ) olah raga , ( ) lain-lain sebutkan __________
3.
Penggunaan
waktu luang : ( ) begadang, ( ) rekreasi, (
) kursus ketrampilan,
( ) Nonton TV,
( ) olah raga, ( ) lain-lain
4.
Kebiasaan
kurang baik yang dilakukan : ( )
merokok, ( ) minum alkohol,
( ) penggunaan
obat-obatan / narkoba, ( ) tidak ada
g. Usia
lanjut
1.
Adakah
usia lanjut ( ) ya, ( ) tidak.
2.
Apakah
lansia memiliki keluhan penyakit ( ) ya,
( ) tidak
Bila ya sebutkan:
( ) Asma, ( ) TBC, (
) Hypertensi, ( ) Kencing
manis,( ) Reumatik
( ) Katarak,
( ) Penyakit kulit, ( ) Lain-lain sebutkan _______________
3.
Upaya
yang dilakukan : ( ) periksa ke sarana kesehatan, ( ) obati sendiri,
( ) non medis,
( ) lain-lain sebutkan
____________________
4.
Penggunaan
waktu senggang ( ) Berkebun, ( ) rekreasi, (
) olah raga,
( ) lain-lain
sebutkan______________
5.
Adakah
ada kelompok usila ( ) ya, ( ) tidak
6.
Bila
ya adakah kegiatan ( ) ya, sebutkan
____________
7.
Apakah
sudah ada kader poksila ( ) ya, ( ) tidak
PENGKAJIAN
MASALAH PENYAKIT BALITA
A. ISPA
- Adakah balita yang menderita batu pilek dalam 1 tahun terakhir : ( ) ya, ( ) tidak
- Jika ya, berapa kali dalam 1 tahun terakhir : ( ) < 3 kali, ( ) 3 – 6 kali, ( ) > 6 kali
- Pernah menderita batuk pilek disertai tanda-tanda :
( ) nafas cepat
(> 50 kali/menit), ( ) sesak nafas,
( ) bernafas mengik, ( ) bernafas ngorok, ( ) diare/muntah, ( ) kejang
- Apa yang bapak/ibu lakukan dirumah jika balita menderita batuk pilek :
( ) memberi obat,
( ) memberi penurun panas, ( ) memberi obat tradisional,
( ) memberikan
obat dari tenaga kesehatan secara teratur, (
) memberi banyak minum,
( ) jika demam memberi
kompres/pakaian tipis, ( ) membersihkan
ingus dengan kain bersih, ( ) memantau
anak apakah semakin memburuk.
Pola penanggulangan batuk pilek : ( ) baik>6, ( ) cukup 3 – 5, ( ) kurang <2
- Apakah bapak/ibu mendapatkan penyuluhan tentang ISPA : ( ) ya, ( ) tidak
- Kalau ya, apa yang sudah bapak/ibu dapatkan : ( ) memberikan makanan bergizi,
( ) memeberikan
imunisasi, ( ) menjga bekersihan diri
anak dengan ingkungan,
( ) menghindari
anak dari penderita ISPA, ( )
menciptakan sirkulasi udara yang baik dalam rumah.
Pola pencegahan ISPA : (
) baik >4, ( ) cukup 2 – 3,
( ) kurang<2
B.
DIARE
1.
Apakah
balita bapak/ibu memiliki faktor resiko diare berikut ini : ( ) kurang gizi,
( ) baru
dikenalkan susu formula, ( ) anak tidak
mendapatkan ASI s/d usia 1 tahun,
( ) menderita
campak pada 4 minggu terakhir.
2.
Apakah
yang bapak/ibu lakukan dirumah jika anak menderita diare : ( ) memberikan minum lebih banyak dari
biasanya, ( ) memberikan makanan seperti
biasa, ( ) membawa ke petugas kesehatan
jika kondisi semakin memburuk, ( )
lain-lain sebutkan.
3.
Apa
yang bapak/ibu ketahui jika anak menderita diare : ( ) larutan oralit, ( ) air putih yang matang, ( ) larutan gula garam, ( ) cairan kuah sayur/sup, ( ) air tajin.
4.
Apakah
bapak/ibu pernah mendapatkan informasi tentang cara mencegah diare :
( ) ya, ( ) tidak.
5.
Jika
ya, apa yang bapak/ibu ketahui : ( )
menigkatkan pemberian ASI, ( )
penggunaan air bersih, ( ) membiasakan
sebelum makan dan sesudah BAB, ( )
membuang kototan secara tepat di jamban, (
) memelihara kebrsihan jamban, (
) immunisasi campak
Pengetahuan bapak/ibu : (
) baik > 6, ( ) cukup 3 – 5,
( ) kurang<2
PENGKAJIAN
MASALAH PENYAKIT KRONIS
A.
TBC
1.
Apakah
dalam keluarga saat ini ada yang menderita sakit dengan keluhan : batuk lebih
dari 3 minggu tidak sembuh: ( ) ya,
( ) tidak
2.
Bila
ya , lakukan pemeriksaan fisik...................................
3.
Bila
ya, apakah sudah berobat ke pelayanan kesehatan? ( ) ya, (
) tidak
4.
Bila
belum berobat/tidak berobat alasannya: (
) tidak ada biaya, ( ) yan kes
jauh,
( ) menganggap
penyakit biasa, ( )mengobati sendiri
( ) lain-lain
5.
Apakah
dalam keluarga sudah pernah mendapat pengobatan ( oabat anti TBC) :
( ) ya, ( ) tidak
6.
Bila
pernah mendapat pengobatan dan saat ini menggunakan obat lagi, alasan:
( ) tidak ada
biaya, ( ) pelayanan kesehatan jauh,
( ) malas, ( ) lain-lain ........
7.
Apa
yang keluarga lakukan untuk merawat anggota keluarga yang saat ini sakit batuk
tidak mebuh lebih dari 3 minggu : ( )
menjalankan pengobatan hingga tuntas, (
) memberikan nutrisi yang baik, (
) istirahat yang cukup, ( )
lain-lain....
Pengetahuan keluarga : (
) baik> 2, ( ) cukup hanya 2
upaya, ( ) kurang < 2
8.
Apa
yang keluarga ketahui tentang upaya pencegahan penularan TBC : ( ) menutup mulut pada saat batuk/bersin,
( ) menyediakan tenpat tertutup untuk
menampung dahak,
( ) immunisasi
bayi, ( ) memberikan nutrisi yang
bergizi, ( ) menyediakan alat makan
terpisah untuk penderita TBC, ( ) meemur
alat-alat tidur secara teratur, ( menggunakan desinfektan saat mengepel lantai
Pengetahuan tentang pencegahan : ( ) baik > 5 upaya, ( ) cukup3 – 5, ( ) kurang<3
B.
KUSTA
1.
Adakah
anggota keluarga yang menderita sakit kulit : (
) ya, ( ) tidak
2.
Bila,
ya siapa saja : ( ) ayah, ( ) ibu, (
) anak, ( ) lain...........
i.
Bila
ya, lakukan pemeriksaan fisik : Kulit : (
) ada bercak, ( ) gelap, ( ) putih sekali,
( ) tidak ada
rasa, ( ) tidak ada bercak, ( ) lebih pucat, ( ) tidak hilang rasa,
( ) bersisik,
( ) tidak nyeri, ( ) kasar, (
) pucat, ( ) kering, ( ) nyeri, (
) halus
ii.
Ekstremitas
: ( ) ada cacat/luka, ( ) lemah, (
) lumpuh, ( ) tidak cacat/luka
iii.
Mata
: ( ) dapat menutup dengan spontan,
( ) tidak ada menutup dengan spontan,
( ) mata merah
3.
Jika
ya (hasil pemeriksaan fisik) apa yang telah dilakukan keluarga untuk
mengatasinya :
( ) ke puskesmas, ( ) ke dokter/RS, ( ) diobati sendiri
4.
Apakah
klien sudah didiagnosa kusta : ( ) ya,
( ) tidak
5.
Apakah
klien dan keluarga tahu mengenai penyakit kusta : ( ) ya, (
) tidak
6.
Bila
ya, sejauh mana klien dan keluarga mengerti tentang kusta : (
) gejalanya,
( )
penatalaksanaannya, ( ) penularannya
7.
Bagaimana
pandangan keluarga dan lingkungan mengenai penyakit kusta : ( ) kusta yaitu penyakit kutukan, ( ) dapat disembuhkan, ( ) tidak dapat disembuhkan, ( ) kusta harus diisolasi, ( ) penyakit menular.
8.
Apakah
keluarga mengetahui cara perawatan penderita kusta dirumah ? ( ) mencegah terjadinya luka, ( ) latihan pada jari tangan, ( ) latihan pada jari kaki, ( ) latihan mata,
( ) minum obat
secara teratur sesuai ketentuan.
C.
FILARIASIS
1.
Adakah
anggota keluarga yang mengalami demam berulang selama kurun waktu 3 bulan :
( ) ya, ( ) tidak
2.
Lakukan
pemeriksaan fisik :
Tanda-tanda filariasi : (
) bercak-bercak merah, ( ) bengkak
pada lipatan paha,
( ) malaise,
( ) sakit kepala, ( ) nyeri tekan pada kelenjar getah bening
kearah ujung,
( ) kaki gajah.
3.
Apakah
keluarga tahu bagaimana cara mencegah penyebarab penyakit filariasi :
( ) menggunakan kelambu, ( ) menggunakan obat nyamuk, ( ) memberantas sarang nyamuk, ( ) membersihkan lingkungan, ( ) tidak melkukan pencegahan.
4.
Lingkungan
rumah terdapat : ( ) rawa payau, ( ) sungai, (
) hutan, ( ) semak belukar.
D.
FLU
BURUNG
E.
HIV?AIDS
F.
dll
C.
Diagnosa
Keperawatan
1.
Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan peradangan
pada kelenjar getah bening
2.
Nyeri berhubungan dengan pembengkakan kelenjar limfe
3.
Harga diri rendah berhubungan dengan perubahan fisik
4.
Mobilitas fisik terganggu berhubungan dengan pembengkakan
pada anggota tubuh
5.
Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan bakteri,
defisit imun, lesi pada kulit
D.
Intervensi
NO
|
Diagnosa Keperawatan
|
Tujuan
|
Perencanaan
|
|
Intervensi
|
Rasional
|
|||
1.
|
Nyeri berhubungan dengan adanya
Peradangan pada kelenjar limfe.
|
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama
3 x 24 jamdiharapkan Nyeri berkurang / menghilang dengan KH:
·
Tanda tanda vitalnormal/stabil.
·
Klien tampak tenang
|
Mandiri :
·
Kaji keluhan nyeri,perhatikan lokasi,intensitas,dan
frekuensi.
·
Lakukan teknik relaksasi misalnya perubahan posisi,masase, rentang
gerak pada sendi yang sakit.
·
Berikan kompres hangat atau lembab pada daerah
nyeri.
·
Ajar kan klien untuk memggunggkap kan perasaan /rasa
sakit yang di rasakan
Kolaborasi :
·
Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgesik sesuai
indikasi.
|
·
Mengindikasikan kebutuhan untuk intervensi dan juga
tanda tanda perkembangan.Meningkat kan relaksasi/menurunkan tegangan otot.
·
Dapat menghilangkan nyeri dan meningkatkan relaksasi
serta menurun kan tegangan otot.Dapat mengurangi ansietas dan rasa takut
sehingga mengurangi persepsi akan intensitas rasa sakit
·
Dapat mengurangi rasa nyeri.
|
2
|
Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan Adanya
Inflamasi pada kelenjar getah bening
|
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama
3 x 24 jam diharapkan ada
Perubahan suhu dalam batas normal. Dengan
KH:
·
Tidak mengalami komplikasi yangberhubungan.
·
Tanda tanda vital normal.
·
Leukosit normal
|
Mandiri :
·
Pantau suhu tubuh pasien perhatikan adanya
mengiggil/diafores.
·
Pantu suhu lingkungan,batasi/tambahkan linen tempat
tidur sesuai indikasi.
·
Berikan kompres mandi hangat hindari penggunaan
alkohol. Pada daerah frontalis dan aksila.
·
Berikan selimut pendingin.
·
Anjurkan klien memakai pakaian tipis dan mudah
menyerap keringat.
Kolaborasi:
1. Kolaborasi dengan
dokter atau tim kesehatan lainya untuk pemberian antipiretik, Misal nya
aspirin asetaminofen
|
·
Suhu 38 samapi 41,1 menujukan adanya infeksius akut.
·
Suhu ruangan /jumlah
selimut harus di ubah untuk mempertahankan suhu mendekati normal.
·
Dapat membantu mengurangi demam,penggunaan air
es/aklhokol mungkinmenyebabkan kedinginan,peningkatan suhu secara actual.
·
Di gunakan untuk mengurangi demam umumnya lebih
besar dari 39,5°csampai 40°c pada waktu terjadi kerusakan /gannguan pada
otak.
·
Dengan pakaian tipis dan menyerap keringat maka akan
mengurangi penguapan. Di gunakn untuk memgurangi demam dengan aksi sentral
nya kepada hipotalamus.
|
3
|
Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan Adanya pembengkakan
pada kelenjar limfe di daerah tungkai (inguinal).
|
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama
3 x 24 jam diharapkan Mempertahankan /meningkatkan kekuatan dan fungsi bagian
tubuh yang sakit
/ kompensasi.
KH :
·
Kaki klien tidak lagi mengalami pembesaran.
·
Nadi normal
·
RR normal
|
Mandiri :
·
Periksa kembali kemampuan dan keadaan secara
kondisional pada kerusakan yang ter jadi.
·
Atur posisi tertentu untuk menghindari kerusakan
karna tekanan,ubah posisi pasien secara teratur dan buat sedikit perubahan posisi
antara waktu perubahan posisi tersebut.
·
Berikan atau bantu klien untuk melakukan latihan
rentang gerak.
·
Tingkat kan aktivitas dan partisipasi dalam merawat
diri sendiri sesuai kemampuan klien .
|
·
Mengidentifikasi kerusakan kemungkinan kerusakan
secara fungsional dan mempegaruhi pilihan intervensi yang akan dilakukan.
·
Perubahan posisi yang teratur menyebakan penyamaran
terhadap berat badan dan meningkatakan sirkulasi pada bagian tubuh
·
mperhatikan mobilisasi dan fungsi sendi /posisi
normal ekstermitas dan menurunkan ter jadinya vena yang statis.
·
Keterlibatan pasien dalam perencanaan dalam kegiatan
adalah sangat penting dalam meningkatkan kerjasama pasien untukkeberhasilan
dari suatu program tersebut. Dapat menghilangkan rasa nyeri sehingga mempermudah
klien untuk melakukan aktivitas secara mandiri
|
4.
|
Resiko penularan penyakit berhubungan dengan pemajanan
penularan melalui vector.
|
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama
3 x 24 jam diharapkan klien mampu Melakukan perubahan pola hidup untuk
memperbaiki Kesehatan umum dan menurunkan resiko tentang penularan penyakit
|
Mandiri
·
Identifikasi orang lain yang berisiko penularan
contoh anggota keluarga /teman.
·
Awasi suhu lingkungan kelembapan dan.
·
berikan racun serangga di sekitar lingkungan tempat
tinggal klien.
·
Atur lingkungan klien sedemikian rupa sehngga
membatasi rentang vektor untuk dapat menyebarkan penyakit.
·
Berikan penkes pada keluarga dan masyarakat sekitar seputar pencegahan
terhadap filariasis.
·
Tekankan penting tidak melakukan penghentian terapi obat.
·
Berikan makanan yang seimbang dalam porsi kecil pada
jumlah makanan yang besar dan tepat.
Kolaborasi
Kolaborasi dengna dokter untuk pemberian
pengobatan di komunitas seperti dietilkarbamazine (dec) pengobatan di lakukan
secara berulang 1 hingga 6 bulan ( 6 sampai 8 kg/BB)
|
·
Orang orang yang terpajan ini perlu program terapi
obat untuk mencegah penularan.
·
Suhu lingkungan yang lembab merupakan tempat perkembangbiakan nyamuk.
·
Racun serangga dapat membunuh pembawa vektor
filariasis.
·
Pemodifikasian ruang/lingkungan dapat mengurangi
faktor resiko penyebaran parasit
·
Untuk menambah pengetahuan masyarakat seputar
filariasi
·
Penghentian terapi obat berisiko penyebaran infeksi
dapat berlanjut.
·
Adanya anoreksia
dapat menurunkan tahanan tubuh terhadap prosese infeksi dan menganggu proses
penyembuhan.
1.
Pemberian obat dietilkarbamazine (dec) dapat membunuh parasit yang
terdapat pada kalenjar limpe dan menurunkan resiko terjadinya penularan.
|
BAB IV
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Filariasis merupakan penyakit menular (penyakit kaki gajah) yang disebabkan
oleh cacing filaria yang ditularkan oleh berbagai jenis nyamuk.penyakit ini bersifat
menahun, Dan bila tidak dapat pengobatan daapt menimbulakan cacat menetap
berupa pembesaran kaki, lengan, dan alat kelamin, baik perempuan maupun
laki-laki. Akibatnya penderita tidak dapat bekerja secara optimal bahkan
hidupnya tergantung kepada orang lain sehinggamenjadi beban keluarga. Dari
uraian diatas dapat kita simpulkan penyakit filariasis adalah penyakit endemis
yang apa tidak ditangani secara cepat akan memperluas penyebaran dan
penularannya kepada manusia. Oleh karena itu kita perlu mengetahui apa itu
filariasis, serta hal-hal yang terkait dengannya. Berdasarkan paparan dari
fakta inilah maka kami selaku penulis tertarik untuk membahas kasus mengenai
penyakit filariasis ini dan sebagai pemenuhan tugas pada blok sistem imun dan
hematologi. (riyanto, harun.2005)