Kamis, 27 Februari 2014


BAB I
                          PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Filariasis atau yang dikenal dengan penyakit kaki gajah mulai ramai diberitakan sejak akhir tahun 2009, akibat terjadinya kematian pada beberapa orang. Sebenarnya penyakit ini sudah mulai dikenal sejak 1500 tahun oleh masyarakat, dan mulai diselidik lebih mendalam ditahun 1800 untuk mengetahui penyebaran, gejala serta upaya mengatasinya. Baru ditahun 1970, obat yang lebih tepat untuk mengobati filarial ditemukan. Rubrik ini berusaha menjelaskan mengapa hal tersebut dapat terjadi dan mengapa penanggulangan Penyakit Kaki Gajah harus segera dilaksanakan. Penyakit filaria yang disebabkan oleh cacing khusus cukup banyak ditemui di negeri ini dan cacing yang paling ganas ialah Wuchereria bancrofti, Brugia, malayi, Brugia timori, Penelitian di Indonesia menemukan bahwa cacing jenis Brugia dan Wuchereria merupakan jenis terbanyak yang ditemukan di Indonesia, sementara cacing jenis Brugia timori hanya didapatkan di Nusa Tenggara Timur, khususnya di pulau Timor. Di dunia, penyakit ini diperkirakan mengenai sekitar 115 juta manusia, terutama di Asia Pasifik, Afrika, Amerika Selatan dan kepulauan Karibia. Penularan cacing Filaria terjadi melalui nyamuk dengan periodisitas subperiodik (kapan saja terdapat di darah tepi) ditemukan di Indonesia sebagian besar lainnya memiliki periodisitas nokturnal dengan nyamuk Culex, nyamuk Aedes dan pada jenis nyamuk Anopheles. Nyamuk Culex juga biasanya ditemukan di daerah-daerah urban, sedangkan Nyamuk Aedes dan Anopheles dapat ditemukan di daerah-daerah rural. (riyanto,harun.2010)
Filariasis merupakan penyakit menular (penyakit kaki gajah) yang disebabkan oleh cacing filaria yang ditularkan oleh berbagai jenis nyamuk.penyakit ini bersifat menahun, Dan bila tidak dapat pengobatan daapt menimbulakan cacat menetap berupa pembesaran kaki, lengan, dan alat kelamin, baik perempuan maupun laki-laki. Akibatnya penderita tidak dapat bekerja secara optimal bahkan hidupnya tergantung kepada orang lain sehinggamenjadi beban keluarga. Berdasarkan laporan dari hasil survey pada tahun 2000 yang lalu tercatat sebanyak 1553 desa di 647 puskesmas tersebar di 231 kabupaten sebagai lokasi endemis, dengan jumlah kasus kronis 6233 orang. Hasil survay laboratorium, melalui pemeriksaan darah jari, rata-rata mikrofilaria rate (Mf Rate) 3,1%berarti sekitar 6 juta orang sudah terinfeksi cacing filaria dan sekitar 100 juta orang memepunyai resiko tinggi untuk ketularan karena nyamuk penularannya tersebar luas.

B.     Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas dapat ditarik sebuah rumusan masalah antara lain sebagai berikut :
1.      Apa yang dimaksud dengan Filariasis ?
2.      Bagaimana epidemiologi dari penyakit filariasis ?
3.      Jelaskan etiologi terjadinya penyakit filariasis ?
4.      Jelaskan klasifikasi prnyakit filariasis ?
5.       Bagaimana patofisiologi penyakit filariasis ?
6.      Jelaskan Manifestasi klinis dari penyakit filariasis ?
7.      Jelaskan pemeriksaan diagnostik penyakit filariasis
8.      Jelaskan pentalkasanaan dari penyakit filariasis

C.    Tujuan
Adapun tujuan penyusunan makalah ini adalah mengacu pada rumusan masalah di atas, yaitu sebagai berikut :
1.      Unutk mengetahu yang dimaksud dengan Filariasis ?
2.      Untuk mengetahui epidemiologi dari penyakit filariasis ?
3.      Untuk mengetahui etiologi terjadinya penyakit filariasis ?
4.      Untuk mengetahui klasifikasi prnyakit filariasis ?
5.      Untuk mengetahui patofisiologi penyakit filariasis ?
6.      Untuk mengetahui manifestasi klinis dari penyakit filariasis ?
7.      Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostik penyakit filariasis
8.      Untuk mengetahui pentalkasanaan dari penyakit filariasis

D.    Manfaat
Manfaat penyusunan makalah ini adalah agar masyrakat dapat mengetahui segala sesuatu tentang filariasis, bagaimana mekanisme terjadinya filariasis, dan, pengobatan, serta pengendalian vektor filariasis. Dengan demikian, diharapkan masyarakat ikut memberantas penyakit ini secara aktif sehingga tidak menjadi endemi di masyarakat.





BAB II
    PEMBAHASAN
A.    Pengeertian
Filariasis adalah suatu penyakit yang sering pada daerah subtropik dan tropik, disebabkan oleh parasit nematoda pada pembuluh limfe. (Witagama,dedi.2009) Filariasis (penyakit kaki gajah) adalah penyakit menular kronik yang disebabkan sumbatan cacing filaria di kelenjar / saluran getah bening, menimbulkan gejala klinis akut berupa demam berulang, radang kelenjar / saluran getah bening, edema dan gejala kronik berupa elefantiasis. Filariasis ialah penyakit menular menahun yang disebabkan oleh infeksi cacing filaria yang ditularkan oleh berbagai jenis nyamuk pada kelenjar getah bening, Penyakit ini bersifat menahun (kronis) dan bila tidak mendapatkan pengobatan dapat menimbulkan cacat menetap berupa pembesaran kaki, lengan dan alat kelamin baik perempuan maupun laki-laki. (Witagama,dedi.2009)

B.     Epidemiologi
            Penyakit Filariasisi terutama ditemukan didaerah Khatulistiwa dan merupakan masalah didaerah dataran rendah kadang-kadang dapat juga ditemukan daerah bukit yang terlalu tinggi. Di Indonesia penyakit ini lebih banyak ditemukan didaerah pedesaan. Didaerah kota hanya w.bancrofti yang telah ditemukan seperti di kota Jakarta, Tanggerang, Pekalongan dan Seamarang dan mungkin dikota-kota lainnya.
            Di Indonesia Filariasis tersebar luas daerah endemi terdapat dibnayak pulau diseluruh Nusantara seperti di Sumatera, Jawa, Klaimantan Sulawesi, NTT, Irian Jaya dan Maluku.Pemberantasan Filariasis sudah dilakukan oleh Departe           men Kesehatan sejak tahun 1970 dengan pemberiian DEC dosis rendah jangka panjang (100 mg/minggu selama 40 minggu). Survei prevalensi filiriasis yanng dilakukan oleh Departemen kesehatan menunjukkan bahwa prevalensi infeksi cukup tinggi bervariasi dari 0,5%-19,46% (P2M & PLP , 1999)9. Prevalensi infeksi dapat berubah-ubah dari masa ke masa dan pada umumnya ada tendensi menurun dengan adanya kemajuan dalam pembangunan yang menyebabka perubahan lingkunagan Untuk dapat memahami epidemiologi filariasis perl diperhatikan faktor-faktor seperti hospes , hospes reservoar, vektor dan keadaan lingkungan yang sesuai untuk menunjang kelangsungan hidup masing-masing.

C.    Klasifikasi
Limfedema pada filariasis bancrofti biasanya mengenai seluruh tungkai. Limfedema tungkai ini dapat dibagi menjadi 4 tingkat, yaitu:
1.      Tingkat 1. Edema pitting pada tungkai yang dapat kembali normal (reversibel) bila tungkai diangkat.
2.      Tingkat 2. Pitting/ non pitting edema yang tidak dapat kembali normal (irreversibel) bila tungkai diangkat.
3.      Tingkat 3. Edema non pitting, tidak dapat kembali normal (irreversibel) bila tungkai diangkat, kulit menjadi tebal.
4.      Tingkat 4. Edema non pitting dengan jaringan fibrosis dan verukosa pada kulit (elephantiasis). (T.Pohan,Herdiman,2009)

D.    Etiologi
1.       Hsopes
Manusia yang mengandung parasit selalu dapat menjadi sumver infeksi bagi orang lain yang rentan. Biasanya pendatang baru ke daerah endemi (transmigran) lebih rentan terhadap infeksi filariasis dan lebih menderita dari penduduk asli. Pada umumnya laki-laki lebih banyak yang terkena infeksi, karena  lebih banyak mendapatkan kesempatan untuk mendapat infeksi. Juga gejala penyakit lebih nyata pada laki-laki, karena pekerjaan fisisk lenih berat.
2.      Hospes Reservoar
Tipe B. Malayi  yang dapat hidup pada hewan merupakan sumber infeksi untuk manusia. Hewan yang sering ditemukan mengandung infeksi adalah kucing dan kera terutama jenis Presbytis, meskipun hewan lain mungkin juga terkena infeksi.
3.      Vektor
Bnyak spesies nyamuk ditemukan sebagai vektor filariasis, tergantung pada cacing filarianya. W. Bancrofti  yang terdapat didaerah perkotaan ditularkan oleh Cx. Quinquefasciatus yang tempat perindukannya air kotor dan tercemar.
a.       W. Bancrofti didaerah pedesaan dapat ditularkan oleh bermacam spesies nyamuk. Di Irian Jaya W.Bancrofti ditularka terutama oleh An. Farauti yang dapat menggunakan bekas jejak kaki binatang (footprint) untuk tempat perindukannya. Selain itu ditemukan juga sebagai vektor. An.Koliensis, An. Punctulatus, Cx. Annulirostris dan Ae.Konchi W.Bancrofti didaerah lain dapat ditularkan spesis lain seperti An.Subpictus  didaerah pantai di NTT. Selain nyamuk  Culex , Aedes  pernah juga ditemukan sebagai vektor.
b.      B. Malayi  yang hidup pada manusia dan hewan biasanya ditularkan oleh berbagai spesies Mansonia  seperti Ma.Uniformis, Ma.Bonneae, Ma. Dives dan lain-lain, yang berkembang biak di daerah rawa di Sumatera, Kalimantan, Maluku dan lain-lain. B. Malayi yang periodik di tularkan oleh An. Barbirostris yang memaki sawah sebagai tempat perindukannya, seperti didaerah Sulawesi.
c.       B.Timori,  spesies yang ditemukan di Indonesia sejak 1965 hingga sekarang hanya ditemukan didaerah NTT dan Timor Timur, di tularkan oleh An.Barbirostris yang berkembangbiak didaerah sawah, baik dekat pantai maupun daerah pedalaman.
4.      Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan yang dapat menunjang kelangsungan hidup hospes, hospes reservoar dan vektor, merupakan hal yang sangat penting untuk epidemiologi filariasis.Jenis filariasis yang ada di suatu daerah endemi dapat diperkiran dengan melihat keadaan lingkungannya. Pencegahan filariasis, hanya dilakukan dengan menghindari gigitan nyamuk. Untuk mendapatkan infeksi diperlukan gigitan nyamuk ynag banyak sekali. Pengobatan masal dengan DEC dapat menurunkan angka filariasis dengan jelas. Pencegahan dengan obat masih dalam taraf penelitian.

E.     Patofisiologi
Parasit memasuki sirkulasi saat nyamuk menghisap darah lalu parasit akan menuju pembuluh limfa dan nodus limfa. Di pembuluh limfa terjadi perubahan dari larva stadium 3 menjadi parasit dewasa. Cacing dewasa akan menghasilkan produk – produk yang akan menyebabkan dilaasi dari pembuluh limfa sehingga terjadi disfungsi katup yang berakibat aliran limfa retrograde. Akibat dari aliran retrograde tersebut maka akan terbentuk limfedema. (Witagama,dedi.2009)
Perubahan larva stadium 3 menjadi parasit dewasa menyebabkan antigen parasit mengaktifkan sel T terutama sel Th2 sehingga melepaskan sitokin seperti IL 1, IL 6, TNF α. Sitokin - sitokin ini akan menstimulasi sum- sum tulang sehingga terjadi eosinofilia yang berakibat meningkatnya mediator proinflamatori dan sitokin juga akan merangsang ekspansi sel B klonal dan meningkatkan produksi IgE. IgE yang terbentuk akan berikatan dengan parasit sehingga melepaskan mediator inflamasi sehingga timbul demam. Adanya eosinofilia dan meningkatnya mediator inflamasi maka akan menyebabkan reaksi granulomatosa untuk membunuh parasit dan terjadi kematian parasit. Parasit yang mati akan mengaktifkan reaksi inflam dan granulomatosa. Proses penyembuhan akan meninggalkan pembuluh limfe yang dilatasi, menebalnya dinding pembuluh limfe, fibrosis, dan kerusakan struktur. Hal ini menyebabkan terjadi ekstravasasi cairan limfa ke interstisial yang akan menyebabkan perjalanan yang kronis. (harun,riyanto.2010)



F.     Manifestasi Klinis
Manifestasi gejala klinis filariasis disebabkan oleh cacing dewasa pada sistem limfatik dengan konsekuensi limfangitis dan limfadenitis. Selain itu, juga oleh reaksi hipersensitivitas dengan gejala klinis yang disebut occult filariasis. Dalam proses perjalanan penyakit, filariasis bermula dengan limfangitis dan limfadenitis akut berulang dan berakhir dengan terjadinya obstruksi menahun dari sistem limfatik. Perjalanan penyakit berbatas kurang jelas dari satu stadium ke stadium berikutnya, tetapi bila diurutkan dari masa inkubasi dapat dibagi menjadi:
1.      Masa prepaten
Merupakan masa antara masuknya larva infektif sampai terjadinya mikrofilaremia yang memerlukan waktu kira-kira 3¬7 bulan. Hanya sebagian tdari penduduk di daerah endemik yang menjadi mikrofilaremik, dan dari kelompok mikrofilaremik inipun tidak semua kemudian menunjukkan gejala klinis. Terlihat bahwa kelompok ini termasuk kelompok yang asimtomatik baik mikrofilaremik ataupun amikrofilaremik.
2.      Masa inkubasi
Merupakan masa antara masuknya larva infektif hingga munculnya gejala klinis yang biasanya berkisar antara 8-16 bulan.



3.      Gejala klinik akut
Gejala klinik akut menunjukkan limfadenitis dan limfangitis yang disertai panas dan malaise. Kelenjar yang terkena biasanya unilateral. Penderita dengan gejala klinis akut dapat mikrofilaremik ataupun amikrofilaremik.
4.      Gejala menahun
Gejala menahun terjadi 10-15 tahun setelah serangan akut pertama. Mikrofilaria jarang ditemukan pada stadium ini, sedangkan limfadenitis masih dapat terjadi. Gejala kronis ini menyebabkan terjadinya cacat yang mengganggu aktivitas penderita serta membebani keluarganya. (Witagama,dedi.2009) Filariasis bancrofti Pada filariasis yang disebabkan Wuchereria bancrofti pembuluh limfe alat kelamin laki-laki sering terkena disusul funikulitis, epididimitis dan orchitis. Limfadenitis inguinal atau aksila, sering bersama dengan limfangitis retrograd yang umumnya sembuh sendiri dalam 3-15 hari. Serangan biasanya terjadi beberapa kali dalam setahun.


G.    Pemeriksaan Diagnostik
1.      Diagnosis Klinik
Diagnosis klinik ditegakkan melalui anamnesis dan pemeriksaan klinik. Diagnosis klinik penting dalam menentukan angka kesakitan akut dan menahun (Acute and Chronic Disease Rate).
2.      Diagnosis Parasitologik
Diagnosis parasitologik ditegakkan dengan ditemukannya mikrofilaria pada pemeriksaan darah kapiler jari pada malam hari. Pemeriksaan dapat dilakukan siang hari, 30 menit setelah diberi DEC 100 mg. Dari mikrofilaria secara morfologis dapat ditentukan species cacing filaria.
3.      Radiodiagnosis
Pemeriksaan dengan ultrasonografi (USG) pada skrotum dan kelenjar limfe inguinal penderita akan memberikan gambaran cacing yangbergerak-gerak. Pemeriksaan limfosintigrafi dengan menggunakan dekstran atau albumin yang dilabel dengan radioaktif akan menunjukkan adanya abnormalitas sistem limfatik, sekalipun pada penderita yang mikrofilaremia asimtomatik.
4.      Diagnosis Immunologi
Pada keadaan amikrofilaremia seperti pada keadaan prepaten, inkubasi, amikrofilaremia dengan gejala menahun, occult filariasis, maka deteksi antibodi dan/atau antigen dengan cara immunodiagnosis diharapkan dapat menunjang diagnosis.
H.    Penatalaksanaan
1.      Upaya Pencegahan Filariasis
Pencegahan filariasis dapat dilakukan dengan menghindari gigitan nyamuk (mengurangi kontak dengan vektor) misalnya menggunakan kelambu sewaktu tidur, menutup ventilasi dengan kasa nyamuk, menggunakan obat nyamuk, mengoleskan kulit dengan obat anti nyamuk, menggunakan pakaian panjang yang menutupi kulit, tidak memakai pakaian berwarna gelap karena dapat menarik nyamuk, dan memberikan obat anti-filariasis (DEC dan Albendazol) secara berkala pada kelompok beresiko tinggi terutama di daerah endemis. Dari semua cara diatas, pencegahan yang paling efektif tentu saja dengan memberantas nyamuk itu sendiri dengan cara 3M.
2.      Upaya Pengobatan Filariasis
Pengobatan filariasis harus dilakukan secara masal dan pada daerah endemis dengan menggunakan obat Diethyl Carbamazine Citrate (DEC). DEC dapat membunuh mikrofilaria dan cacing dewasa pada pengobatan jangka panjang. Hingga saat ini, DEC adalah satu-satunya obat yang efektif, aman, dan relatif murah. Untuk filariasis akibat Wuchereria bankrofti, dosis yang dianjurkan 6 mg/kg berat badan/hari selama 12 hari. Sedangkan untuk filariasis akibat Brugia malayi dan Brugia timori, dosis yang dianjurkan 5 mg/kg berat badan/hari selama 10 hari. Efek samping dari DEC ini adalah demam, menggigil, sakit kepala, mual hingga muntah. Pada pengobatan filariasis yang disebabkan oleh Brugia malayi dan Brugia timori, efek samping yang ditimbulkan lebih berat. Sehingga, untuk pengobatannya dianjurkan dalam dosis rendah, tetapi pengobatan dilakukan dalam waktu yang lebih lama. Pengobatan kombinasi dapat juga dilakukan dengan dosis tunggal DEC dan Albendazol 400mg, diberikan setiap tahun selama 5 tahun. Pengobatan kombinasi meningkatkan efek filarisida DEC. Obat lain yang juga dipakai adalah ivermektin. Ivermektin adalah antibiotik semisintetik dari golongan makrolid yang mempunyai aktivitas luas terhadap nematoda dan ektoparasit. Obat ini hanya membunuh mikrofilaria. Efek samping yang ditimbulkan lebih ringan dibanding DEC. Terapi suportif berupa pemijatan juga dapat dilakukan di samping pemberian DEC dan antibiotika, khususnya pada kasus yang kronis. Pada kasus-kasus tertentu dapat juga dilakukan pembedahan.
3.      Upaya Rehabilitasi Filariasis
Penderita filariasis yang telah menjalani pengobatan dapat sembuh total. Namun, kondisi mereka tidak bisa pulih seperti sebelumnya. Artinya, beberapa bagian tubuh yang membesar tidak bisa kembali normal seperti sedia kala. Rehabilitasi tubuh yang membesar tersebut dapat dilakukan dengan jalan operasi.








BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN FILIARIS
A.    PENGKAJIAN
FORMAT PENGKAJIAN KOMUNITAS
DATA DEMOGRAFI
Struktur keluarga
Nama KK                :
Umur                       :
Agama                    :
Pendidikan              :
Pekerjaan               :
Suku/bangsa          :






Daftar anggota keluarga

No

Nama

Umur


Hub Keluarga

Agama

Pendidikan

Pekerjaan

Kead fisik

Ket.
L
P
Sehat
Sakit












DATA SOSEK
1.      Penghasilan rata-rata perbulan:
(  ) kurang dari Rp. 500.000
(  ) Rp 500.000 – 1.000.000
(  ) Rp. 1.000.000 – 2.000.000
(  ) Lebih dari Rp. 2.000.000
2. Apakah keluarga menabung :
 (  ) Ya, (  ) Tidak

DATA LINGKUNGAN FISIK

  1. Perumahan
    1. Kepemilikan: (  ) sewa , (  ) numpang,  (  ) milik sendiri
    2. Jenis : (  ) Permanen, (  ) semi permanen, (  ) tidak permanen
    3. Lantai : (  ) tanah, (  ) papan (  ) tegel/semen
    4. Ventilasi : (  ) baik, (  ) kurang.
    5. Penerangan (  ) baik, (  )Cukup, (  ) kurang
    6. Luas kamar tidur (  ) memenuhi syarat, (  ) tidak memenuhi sarat.
    7. Vektor yang banyak disekitar rumah dan membahayakan : (  ) lalat, (  ) nyamuk,
(  ) kecoa, (  ) anjing, (  ) burung, (  ) lain-lain
  1. Halaman Rumah
    1. Halaman di sekitar rumah  (  ) ada, (  ) tidak
    2. Jenis pemenfaatan pekarangan rumah
(  ) Kebun, (  ) Kolam, (  ) Kandang ternak, (  ) Tidak dimanfaatkan, (  ) lain-lain, ..

  1. Pembuangan Kotoran
    1. Dimana keluarga buang air besar: (  ) sungai, (  ) selokan, ( ) sembarang tempat,
(  )WC, (  )lain-lain sebutkan.
    1. Kepemilikan jamban : (  ) ada, (  ) tidak
    2. Bila ya Jenis jamban (  )septik tank, (  ) lainnya
    3. Jarak jamban dengan sumber air (  ) kurang dari 10 m, (  ) lebih dar 10 m
    4. Kondisi jamban (  ) terawat, (  ) tidak terawat
  1. Sumber air
    1. Sumber air bersih untuk minum dan memasak(  ) PDAM, (  ) sumur pompa,  
(  ) sumur gali, (  ) mata air, (  ) sungai, (  ) air mineral
    1. Sumber air untuk mandi dan mencuci : (  ) PDAM, (  ) sumur pompa,           
(  ) sumur gali, (  ) mata air, (  ) sungai
    1. Pengolahan air minum (  ) dimasak, (  ) tidak dimasak
  1. Tempat penampungan air
    1. Jenis tempat penampungan air (  ) bak, (  ) gentong, (  ) ember,
      (  ) lain-lain sebutkan__________.
    1. Kondisi : (  ) tertutup, (  ) terbuka.
    2. Pengurasan : (  ) ya, (  ) tidak.
    3. Bila ya, berapa kali dalam seminggu (  ) 1 kali,  (  ) 2 kali, (  ) 3 kali,       (  ) lebih 3 kali.
    4. Gentong/bak mandi : (  ) berlumut, (  ) tidak berlumut, (  ) ada jentik nyamuk,
(  ) tidak ada jentik nyamuk.
    1. Kondisi airnya : (  ) berbau, (  ) berwarna, (  ) berasa, (  ) tidak berbau, tidak berasa dan tidak berwarna.
  1. Pembuangan sampah dan limbah
    1. Cara pembuangan sampah : (  ) ditimbun, (  ) dibakar, (  ) tempat sampah umum,
(  ) sungai, (  ) sembarang tempat.
    1. Tempat pembuangan sampah sementara (  ) ada, (  ) tidak./sembarangan
    2. Bila ada, (  ) tertutup, (  ) terbuka.
    3. Jarak tempat penampungan sampah dengan rumah ( ) kurang dari 5 meter ,(  ) lebih dari 5 meter
    4. Pembuangan air limbah : (  ) got, (  ) sungai, (  ) sembarang tempat,             
(  ) penampungan/resapan
    1. Kondisi saluran limbah (  ) lancar, (  ) tergenang.
  1. Hewan ternak
    1. kepemilikan hewan ternak : (  ) ada, (  ) tidak
    2. bila ya letak kandang ternak (  ) dalam rumah, ( )diluar rumah
    3. Kondisi (  ) terawat, (  ) tidak terawat.

 

DATA STATUS KESEHATAN

1.      Sarana kesehatan
a.       Tempat berobat keluarga (  ) Rumah sakit, (  ) puskesmas, (  ) balai pengobatan,
(  ) posyandu, (  ) dokter praktek, (  ) perawat, (  ) bidan
b.      Sarana kesehatan terdekat menurut keluarga (  ) RS, (  ) Puskesmas,        
(  ) praktek swasta, (  ) lain-lain, sebutkan .........................
c.       Kebiasaan sebelum berobat (  )beli obat bebas, (  )Minum jamu, (  ) tidak ada
d.      Sumber pendanaan kesehatan keluarga (  ) Askes/Jamsostek (  ) Dana sehat  
(  ) umum/sendiri,  (  ) gratis/JPS 
e.       Apakah keluarga merasakan perlu mendapatkan pengarahan penyuluhan informasi kesehatan : ( ) tidak, ( ) ya, secara individu, ( ) ya, secara berkelompok
f.       Apakah keluarga pernah dikunjungi petugas kesehatan : (  ) ya, (  ) tidak
g.      Kapan waktu yang baik menurut bapak/ibu untuk memberikan penyuluhan tersebut : (  ) pagi, (  ) siang, (  ) sore, (  ) malam

h.      Dimana tempat yang baik menurut bapak/ibu untuk mendapatkan penyuluhan/informasi kesehatan : (  ) dirumah, (  ) dipengajian, (  ) diarahkan,
(  ) diarisan, (  ) lain-lain..................
2.      Masalah kesakitan
a.       apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit (6 bulan terakhir).
 (  ) ya, (  ) tidak, bila ya berapa orang...............
b.      Bila ya sebutkan:
(  ) diare, (  ) ISPA, (  ) Demam berdarah, (  ) Asma, (  ) Typhoid, (  ) TBC
(  ) Cacar air, (  ) campak, (  ) Hypertensi, (  ) Asam urat, (  ) Kencing manis
(  ) Lain-lain sebutkan___________________
3.      Kematian
a.       Apakah ada anggota keluarga yang meninggal dalam 6 bulan terakhir
      (  ) ya, (  ) tidak
b.      Bila ya, disebabkan oleh (  ) sakit, (  ) kecelakaan, (  ) lain-lain, _______
4.      KIA / KB
a.       PUS
1.     apakah ada PUS (  ) ya, (  ) tidak
2.     Bila ya, apakah menjadi akseptor KB : (  ) ya, (  ) tidak.
3.       bila ya jenis kontrasepsi yang dipakai: (  ) IUD, (  ) suntik, (  ) pil ,          
(  ) susuk, (  ) kondom, (  ) tubectomy, (  ) vasektomy.
4.       Bila tidak alasannya, (  ) dilarang suami, (  ) agama, (  ) tidak tahu ,         
(  )  lain-lain sebutkan _______________.
5.     Apakah ada PUS yang DO KB : (  ) ya, (  ) tidak
6.       Bila ya alasanya : (  ) dilarang suami, (  ) agama, (  ) tidak tahu ,                
(  )  penyakit, (  ) ingin punya anak, ( ) lain-lain sebutkan ____________

b.       Bumil
1.     Apakah ada Bumil : (  ) ya, (  ) tidak
2.     Bila ya, umur kehamilan trimester : (  ) I, (  ) II, (  ) III
3.     Bila ya kehamilan yang ke : (  ) 1, (  ) 2, (  ) 3, (  ) lebih  dari 3
4.     Berapa usia bumil (  ) kurang 20 th, (  ) 20 - 35th, (  ) lebih 35 th.
5.     Apakah mendapatkan TT (  ) ya, (  ) tidak
6.     Bila ya (  ) lengkap, (  ) belum lengkap
7.     Apakah ibu memeriksakan kehamilannya (  ) ya, (  ) tidak.
8.     Bila ya, Trimester I .......kali,
                                   Trimester II .....kali
                                   Trimester III .....kali
9.       Bila ya : dimana : (  ) ke Rumah sakit, (  ) ke puskesmas, (  ) ke dokter praktek
(  ) keperawat/bidan praktek, (  ) kedukun, (  ) lain-lain, sebutkan.____________
10.   Bila tidak alasannya: (  ) dilarang suami, (  ) agama, (  ) tidak tahu ,          (  ) biaya, (  ) lain-lain sebutkan. _______________-
11.   Adakah penyakit / keluhan yang dirasakan bumil : (  ) kaki bengkak,       (  ) mual dan muntah lebih 3 bulan, (  ) kurang darah, (  ) tekanan darah tinggi,   (  ) tekanan darah rendah, (  ) tidak ada keluhan (  ) lain-lain sebutkan _____________

c.       Persalinan
1.      Adakah ibu melahirkan dalam 6 bulan terakhir (  ) ada   (  ) tidak
2.      pertolongan persalinan oleh : (  ) nakes, (  ) dukun terlatih, (  ) dukun tidak terlatih
3.      Bila kedukun alasanya : (  )tidak tahu, (  ) biaya, (  ) budaya, (  )lain-lain sebutkan _______________
4.      Tempat pertolongan persalinan (  ) Rumah sakit, (  ) puskesmas,       
(  ) polindes, (  ) dirumah, (  ) bidan/dokter praktek
5.      Kondisi bayi : (  ) lahir hidup, (  ) lahir mati, (  ) lahir cacat
6.      Adakah  neonatus yang meninggal dalam 6 bulan terakhir:
 (  ) ya, (  )tidak.
7.      bila ya apa penyebabnya : (  ) tetanus, (  ) diare, (  ) ISPA. (  ) lain-lain, sebutkan ___________________

d.      Buteki
1.     Apakah ada buteki (  ) ya, (  ) tidak
2.     bila ya apakah ibu meneteki anaknya (  ) ya, (   ) tidak
3.       bila ya , lama menyusui  :(  ) kurang dari 1 bulan , (  ) l -6 bulan,            
 (  ) 6 – 12 bulan, (  ) lebih 12 bulan.
4.       bila tidak alasanya :  (  ) dilarang suami, , (  ) tidak tahu , (  )  penyakit,    
(  ) kecantikan, ( ) pekerjaan, (  ) lain-lain sebutkan _____

e.       Balita
1.       Apakah ada anak usia 0 – 1 tahun (  ) ya, (  )  tidak
2.       Imunisasi yang diberikan : (  ) lengkap, (  ) belum lengkap , (  ) tidak lengkap
3.       Apakah ada anak usia 1 – 5 tahun : (  ) ya, (  ) tidak
4.       Bila ya Imunisasi yang diberikan : (  ) lengkap, (  ) belum lengkap           
(  ) tidak lengkap
5.       Bila tidak di imunisasi, alasannya : (  ) tidak tahu, (  ) tidak ada manfaatnya,
(   ) lain-lain sebutkan __________
6.       Apakah anak memiliki KMS : (  ) ya, (  ) tidak
7.       Apakah dapat membaca hasil KMS, (  ) ya, (  ) tidak
8.       Apakah setiap bulan anak mengunjungi Posyandu (  ) ya, (  ) tidak
9.       Bila ya, apakah BB anak : (  ) naik, (  ) tetap, (  ) turun.
10.   Bila tidak alasanya : (  ) jauh dari posyandu, (  ) tidak punya waktu,       
  (   ) merasa tidak ada manfaatnya, (  ) lain-lain sebutkan_____________
11.   Status gizi balita : (  ) berada digaris hijau, (  ) diatas hijau kuning,         
 (  ) dibawah titik-titik, (  ) dibawah garis  merah
12.   Apakah anak mendapat makanan tambahan (  ) ya, (  ) tidak
13.   Apakah anak mendapatkan vit A (  ) ya, (  ) tidak

f.        Remaja
1.          apakah ada anak usia remaja (  ) ya, (  ) tidak
2.       Bila ya apakah Kegiatan yang dilakukan diluar sekolah : (  ) keagamaan,
(  ) karang taruna, (  ) olah raga , (  ) lain-lain sebutkan __________
3.       Penggunaan waktu luang : (  ) begadang, (  ) rekreasi, (  ) kursus ketrampilan,
(  ) Nonton TV, (  ) olah raga, (   ) lain-lain
4.       Kebiasaan kurang baik yang dilakukan : (  ) merokok, (  ) minum alkohol,
(  ) penggunaan obat-obatan / narkoba,  (  ) tidak ada
g.       Usia lanjut
1.     Adakah usia lanjut (   ) ya, (  ) tidak.
2.     Apakah lansia memiliki keluhan penyakit (  ) ya, (  ) tidak
Bila ya sebutkan:
(  ) Asma, (  ) TBC, (  ) Hypertensi, (  ) Kencing manis,(  ) Reumatik
(  ) Katarak, (  ) Penyakit kulit, (  ) Lain-lain sebutkan _______________
3.       Upaya yang dilakukan : (  ) periksa ke sarana kesehatan, (  ) obati sendiri,    
(  ) non medis, (  ) lain-lain sebutkan ____________________
4.       Penggunaan waktu senggang (  ) Berkebun, (  ) rekreasi, (  ) olah raga,      
(  ) lain-lain sebutkan______________
5.       Adakah ada kelompok usila (  ) ya, (  ) tidak
6.       Bila ya adakah kegiatan (  ) ya, sebutkan ____________
7.       Apakah sudah ada kader poksila (  ) ya, (  ) tidak


PENGKAJIAN MASALAH PENYAKIT BALITA
A. ISPA
  1. Adakah balita yang menderita batu pilek dalam 1 tahun terakhir : (  ) ya, (  ) tidak
  2. Jika ya, berapa kali dalam 1 tahun terakhir : (  ) < 3 kali, (  ) 3 – 6 kali, (  ) > 6 kali
  3. Pernah menderita batuk pilek disertai tanda-tanda :
(  ) nafas cepat (> 50 kali/menit), (  ) sesak nafas, (  ) bernafas mengik, (  ) bernafas ngorok, (  ) diare/muntah, (  ) kejang
  1. Apa yang bapak/ibu lakukan dirumah jika balita menderita batuk pilek :
(  ) memberi obat, (  ) memberi penurun panas, (  ) memberi obat tradisional,
(  ) memberikan obat dari tenaga kesehatan secara teratur, (  ) memberi banyak minum,
(  ) jika demam memberi kompres/pakaian tipis, (  ) membersihkan ingus dengan kain bersih, (  ) memantau anak apakah semakin memburuk.
Pola penanggulangan batuk pilek : (  ) baik>6, (  ) cukup 3 – 5, (  ) kurang <2
  1. Apakah bapak/ibu mendapatkan penyuluhan tentang ISPA : (  ) ya, (  ) tidak
  2. Kalau ya, apa yang sudah bapak/ibu dapatkan : (  ) memberikan makanan bergizi,
(  ) memeberikan imunisasi, (  ) menjga bekersihan diri anak dengan ingkungan,
(  ) menghindari anak dari penderita ISPA, (  ) menciptakan sirkulasi udara yang baik dalam rumah.
Pola pencegahan ISPA : (  ) baik >4, (  ) cukup 2 – 3, (  ) kurang<2

B.     DIARE
1.      Apakah balita bapak/ibu memiliki faktor resiko diare berikut ini : (  ) kurang gizi,
(  ) baru dikenalkan susu formula, (  ) anak tidak mendapatkan ASI s/d usia 1 tahun,
(  ) menderita campak pada 4 minggu terakhir.
2.      Apakah yang bapak/ibu lakukan dirumah jika anak menderita diare : (  ) memberikan minum lebih banyak dari biasanya, (  ) memberikan makanan seperti biasa, (  ) membawa ke petugas kesehatan jika kondisi semakin memburuk, (  ) lain-lain sebutkan.
3.      Apa yang bapak/ibu ketahui jika anak menderita diare : (  ) larutan oralit, (  ) air putih yang matang, (  ) larutan gula garam, (  ) cairan kuah sayur/sup, (  ) air tajin.
4.      Apakah bapak/ibu pernah mendapatkan informasi tentang cara mencegah diare :
(  ) ya, (  ) tidak.
5.      Jika ya, apa yang bapak/ibu ketahui : (  ) menigkatkan pemberian ASI, (  ) penggunaan air bersih, (  ) membiasakan sebelum makan dan sesudah BAB, (  ) membuang kototan secara tepat di jamban, (  ) memelihara kebrsihan jamban, (  ) immunisasi campak
Pengetahuan bapak/ibu : (  ) baik > 6, (  ) cukup 3 – 5, (  ) kurang<2

PENGKAJIAN MASALAH PENYAKIT KRONIS
A.    TBC
1.      Apakah dalam keluarga saat ini ada yang menderita sakit dengan keluhan : batuk lebih dari 3 minggu tidak sembuh: (  ) ya, (  ) tidak
2.      Bila ya , lakukan pemeriksaan fisik...................................
3.      Bila ya, apakah sudah berobat ke pelayanan kesehatan? (  ) ya, (  ) tidak
4.      Bila belum berobat/tidak berobat alasannya: (  ) tidak ada biaya, (  ) yan kes jauh,
(  ) menganggap penyakit biasa, (  )mengobati sendiri (  ) lain-lain
5.      Apakah dalam keluarga sudah pernah mendapat pengobatan ( oabat anti TBC) :
(  ) ya, (  ) tidak
6.      Bila pernah mendapat pengobatan dan saat ini menggunakan obat lagi, alasan:
(  ) tidak ada biaya, (  ) pelayanan kesehatan jauh, (  ) malas, (  ) lain-lain ........
7.      Apa yang keluarga lakukan untuk merawat anggota keluarga yang saat ini sakit batuk tidak mebuh lebih dari 3 minggu : (  ) menjalankan pengobatan hingga tuntas, (  ) memberikan nutrisi yang baik, (  ) istirahat yang cukup, (  ) lain-lain....
Pengetahuan keluarga : (  ) baik> 2, (  ) cukup hanya 2 upaya, (  ) kurang < 2          
8.      Apa yang keluarga ketahui tentang upaya pencegahan penularan TBC : (  ) menutup mulut pada saat batuk/bersin, (  ) menyediakan tenpat tertutup untuk menampung dahak,
(  ) immunisasi bayi, (  ) memberikan nutrisi yang bergizi, (  ) menyediakan alat makan terpisah untuk penderita TBC, (  ) meemur alat-alat tidur secara teratur, ( menggunakan desinfektan saat mengepel lantai
Pengetahuan tentang pencegahan : (  ) baik > 5 upaya, (  ) cukup3 – 5, (  ) kurang<3

B.    KUSTA
1.      Adakah anggota keluarga yang menderita sakit kulit : (  ) ya, (  ) tidak
2.      Bila, ya siapa saja : (  ) ayah, (  ) ibu, (  ) anak, (  ) lain...........
                            i.      Bila ya, lakukan pemeriksaan fisik : Kulit : (  ) ada bercak, (  ) gelap, (  ) putih sekali,
(  ) tidak ada rasa, (  ) tidak ada bercak, (  ) lebih pucat, (  ) tidak hilang rasa,
(  ) bersisik, (  ) tidak nyeri, (  ) kasar, (  ) pucat, (  ) kering, (  ) nyeri, (  ) halus
                          ii.      Ekstremitas : (  ) ada cacat/luka, (  ) lemah, (  ) lumpuh, (  ) tidak cacat/luka
                        iii.      Mata : (  ) dapat menutup dengan spontan, (  ) tidak ada menutup dengan spontan,
(  ) mata merah
3.      Jika ya (hasil pemeriksaan fisik) apa yang telah dilakukan keluarga untuk mengatasinya :
 (  ) ke puskesmas, (  ) ke dokter/RS, (  ) diobati sendiri
4.      Apakah klien sudah didiagnosa kusta : (  ) ya, (  ) tidak
5.      Apakah klien dan keluarga tahu mengenai penyakit kusta : (  ) ya, (  ) tidak
6.      Bila ya, sejauh mana klien dan keluarga mengerti tentang  kusta : (  ) gejalanya,
(  ) penatalaksanaannya, (  ) penularannya
7.      Bagaimana pandangan keluarga dan lingkungan mengenai penyakit kusta : (  ) kusta yaitu penyakit kutukan, (  ) dapat disembuhkan, (  ) tidak dapat disembuhkan, (  ) kusta harus diisolasi, (  ) penyakit menular.
8.      Apakah keluarga mengetahui cara perawatan penderita kusta dirumah ? (  ) mencegah terjadinya luka, (  ) latihan pada jari tangan, (  ) latihan pada jari kaki, (  ) latihan mata,
(  ) minum obat secara teratur sesuai ketentuan.

C.    FILARIASIS
1.      Adakah anggota keluarga yang mengalami demam berulang selama kurun waktu 3 bulan :
(  ) ya, (  ) tidak
2.      Lakukan pemeriksaan fisik :
Tanda-tanda filariasi : (  ) bercak-bercak merah, (  ) bengkak pada lipatan paha,
(  ) malaise, (  ) sakit kepala, (  ) nyeri tekan pada kelenjar getah bening kearah ujung,
(  ) kaki gajah.
3.      Apakah keluarga tahu bagaimana cara mencegah penyebarab penyakit filariasi :
 (  ) menggunakan kelambu, (  ) menggunakan obat nyamuk, (  ) memberantas sarang nyamuk, (  ) membersihkan lingkungan, (  ) tidak melkukan pencegahan.
4.      Lingkungan rumah terdapat : (  ) rawa payau, (  ) sungai, (  ) hutan, (  ) semak belukar.
D.    FLU BURUNG
E.     HIV?AIDS
F.      dll

C.     Diagnosa Keperawatan
1.      Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan peradangan pada kelenjar getah bening
2.      Nyeri berhubungan dengan pembengkakan kelenjar limfe
3.      Harga diri rendah berhubungan dengan perubahan fisik
4.      Mobilitas fisik terganggu berhubungan dengan pembengkakan pada anggota tubuh
5.      Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan bakteri, defisit imun, lesi pada kulit
D.    Intervensi
NO
Diagnosa Keperawatan
Tujuan
Perencanaan
Intervensi
Rasional
1.
Nyeri berhubungan dengan adanya Peradangan  pada kelenjar limfe.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jamdiharapkan Nyeri berkurang / menghilang dengan KH:
·         Tanda tanda vitalnormal/stabil.
·          Klien tampak tenang
Mandiri :
·         Kaji keluhan nyeri,perhatikan lokasi,intensitas,dan frekuensi.

·         Lakukan teknik relaksasi  misalnya perubahan posisi,masase, rentang gerak pada sendi yang sakit.

·         Berikan kompres hangat atau lembab pada daerah nyeri.

·         Ajar kan klien untuk memggunggkap kan perasaan /rasa sakit yang di rasakan
Kolaborasi :
·         Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgesik sesuai indikasi.

·         Mengindikasikan kebutuhan untuk intervensi dan juga tanda tanda perkembangan.Meningkat kan relaksasi/menurunkan tegangan otot.
·         Dapat menghilangkan nyeri dan meningkatkan relaksasi serta menurun kan tegangan otot.Dapat mengurangi ansietas dan rasa takut sehingga mengurangi persepsi akan intensitas rasa sakit


·           Dapat mengurangi rasa nyeri.
2
Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan Adanya Inflamasi pada kelenjar getah bening
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan ada
Perubahan suhu dalam batas normal. Dengan
KH:
·         Tidak mengalami komplikasi yangberhubungan.
·         Tanda tanda vital normal.
·         Leukosit normal
Mandiri :
·         Pantau suhu tubuh pasien perhatikan adanya mengiggil/diafores.
·         Pantu suhu lingkungan,batasi/tambahkan linen tempat tidur sesuai indikasi.
·         Berikan kompres mandi hangat hindari penggunaan alkohol. Pada daerah frontalis dan aksila.
·         Berikan selimut pendingin.



·         Anjurkan klien memakai pakaian tipis dan mudah menyerap keringat.
Kolaborasi:
1. Kolaborasi dengan dokter atau tim kesehatan lainya untuk pemberian antipiretik, Misal nya aspirin asetaminofen

·         Suhu 38 samapi 41,1 menujukan adanya infeksius akut.


·          Suhu ruangan /jumlah selimut harus di ubah untuk mempertahankan suhu mendekati normal.


·         Dapat membantu mengurangi demam,penggunaan air es/aklhokol mungkinmenyebabkan kedinginan,peningkatan suhu secara actual.

·         Di gunakan untuk mengurangi demam umumnya lebih besar dari 39,5°csampai 40°c pada waktu terjadi kerusakan /gannguan pada otak.

·         Dengan pakaian tipis dan menyerap keringat maka akan mengurangi penguapan. Di gunakn untuk memgurangi demam dengan aksi sentral nya kepada hipotalamus.
3
Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan Adanya pembengkakan pada kelenjar limfe di daerah tungkai (inguinal).
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan Mempertahankan /meningkatkan kekuatan dan fungsi bagian tubuh yang sakit
/ kompensasi.
KH :
·         Kaki klien tidak lagi mengalami pembesaran.
·         Nadi normal
·         RR normal
Mandiri :
·         Periksa kembali kemampuan dan keadaan secara kondisional pada kerusakan yang ter jadi.
·         Atur posisi tertentu untuk menghindari kerusakan karna tekanan,ubah posisi pasien secara teratur dan buat sedikit perubahan posisi antara waktu perubahan posisi tersebut.
·         Berikan atau bantu klien untuk melakukan latihan rentang gerak.
·         Tingkat kan aktivitas dan partisipasi dalam merawat diri sendiri sesuai kemampuan klien .

·         Mengidentifikasi kerusakan kemungkinan kerusakan secara fungsional dan mempegaruhi pilihan intervensi yang akan dilakukan.


·         Perubahan posisi yang teratur menyebakan penyamaran terhadap berat badan dan meningkatakan sirkulasi pada bagian tubuh







·         mperhatikan mobilisasi dan fungsi sendi /posisi normal ekstermitas dan menurunkan ter jadinya vena yang statis.

·         Keterlibatan pasien dalam perencanaan dalam kegiatan adalah sangat penting dalam meningkatkan kerjasama pasien untukkeberhasilan dari suatu program tersebut. Dapat menghilangkan rasa nyeri sehingga mempermudah klien untuk melakukan aktivitas secara mandiri
4.
Resiko penularan  penyakit berhubungan dengan pemajanan penularan melalui vector.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan klien mampu Melakukan perubahan pola hidup untuk memperbaiki Kesehatan umum dan menurunkan resiko tentang penularan penyakit
Mandiri
·         Identifikasi orang lain yang berisiko penularan contoh anggota keluarga /teman.
·         Awasi suhu lingkungan kelembapan dan.
·         berikan racun serangga di sekitar lingkungan tempat tinggal klien.
·         Atur lingkungan klien sedemikian rupa sehngga membatasi rentang vektor untuk dapat menyebarkan penyakit.
·         Berikan penkes pada keluarga  dan masyarakat sekitar seputar pencegahan terhadap filariasis.
·         Tekankan penting tidak melakukan penghentian  terapi obat.
·         Berikan makanan yang seimbang dalam porsi kecil pada jumlah makanan yang besar dan tepat.
Kolaborasi
Kolaborasi dengna dokter untuk pemberian pengobatan di komunitas seperti dietilkarbamazine (dec) pengobatan di lakukan secara berulang 1 hingga 6 bulan ( 6 sampai 8 kg/BB)

·         Orang orang yang terpajan ini perlu program terapi obat untuk mencegah penularan.



·         Suhu lingkungan yang lembab  merupakan tempat  perkembangbiakan nyamuk.

·         Racun serangga dapat membunuh pembawa vektor filariasis.



·         Pemodifikasian ruang/lingkungan dapat mengurangi faktor resiko penyebaran parasit




·         Untuk menambah pengetahuan masyarakat seputar filariasi





·         Penghentian terapi obat berisiko penyebaran infeksi dapat berlanjut.

·          Adanya anoreksia dapat menurunkan tahanan tubuh terhadap prosese infeksi dan menganggu proses penyembuhan.

1.



        Pemberian obat dietilkarbamazine (dec) dapat membunuh parasit yang terdapat pada kalenjar limpe dan menurunkan resiko terjadinya penularan.

BAB IV
PENUTUP
A.    KESIMPULAN
Filariasis merupakan penyakit menular (penyakit kaki gajah) yang disebabkan oleh cacing filaria yang ditularkan oleh berbagai jenis nyamuk.penyakit ini bersifat menahun, Dan bila tidak dapat pengobatan daapt menimbulakan cacat menetap berupa pembesaran kaki, lengan, dan alat kelamin, baik perempuan maupun laki-laki. Akibatnya penderita tidak dapat bekerja secara optimal bahkan hidupnya tergantung kepada orang lain sehinggamenjadi beban keluarga. Dari uraian diatas dapat kita simpulkan penyakit filariasis adalah penyakit endemis yang apa tidak ditangani secara cepat akan memperluas penyebaran dan penularannya kepada manusia. Oleh karena itu kita perlu mengetahui apa itu filariasis, serta hal-hal yang terkait dengannya. Berdasarkan paparan dari fakta inilah maka kami selaku penulis tertarik untuk membahas kasus mengenai penyakit filariasis ini dan sebagai pemenuhan tugas pada blok sistem imun dan hematologi. (riyanto, harun.2005)